Hitam pekat
menjilat. Terawang awan mencekam. Berjalan dengan kehampaan. Menepi pada tujuan
tak pasti. Bagaimanapun tetaplah salah. Lalu sorot terang itu jelas menampar
perlahan. Diam dan sederhana kusimpan rahasia.
Tiba-tiba Hisyam menarikku menuju kantin
sekolah. Aku lantas duduk berhadapan dengannya. Masih bingung kenapa dia tiba-tiba mengajakku kesini. “Sini, pinjem handphone kamu.” Hisyam meminta handphoneku. “Ada apa sih?. Kok kamu
aneh.” Tanyaku masih bingung dengan sikap Hisyam. Dengan menghela nafas
panjang, setelah melihat-lihat handphoneku
dia bertanya padaku “Apa maksud semua ini?.” Ia perlihatkan handphoneku yang penuh dengan smsku dan Aizal. Sejenak aku tercengang,
bagaimana ini?. Belum sempat aku menjawab, dengan raut wajahnya yang kelihatan
marah dan kecewa Hisyam melanjutkan pertanyaannya. “Tolong jelaskan semua ini
dan jawab dengan jujur, siapa Aizal?.” Lama, aku hanya bisa tertunduk malu dan
sangat merasa bersalah. Hingga akhirnya aku berani menatap wajah Hisyam dan
mulai berbicara “Maaf Syam, aku benar-benar minta maaf. Aizal itu mantan
pacarku.” Hisyam hanya terdiam. “Aku mohon maafkan aku.” Aku kembali meminta
maaf. Lagi-lagi Hisyam menghela nafas dan berkata “Iya, nggak apa-apa. Tapi
Cuma kali ini aja ya. Aku beri kamu tiga kesempatan. Kalau yang kedua dan
ketiga gitu lagi, udah cukup. Aku Cuma ingin kamu jujur dan terbuka sama aku.”
“Iya, mulai saat ini aku akan jujur dan terbuka sama kamu.” Kataku. “Makasih,
mulai saat ini kita harus saling jujur dan terbuka. Aku percaya sama kamu.”
Kata Hisyam. “Makasih juga udah percaya sama aku.” Jawabku pelan.
“Rahasia canto
sejati. Diilhami dari hal tersembunyi. Ikatan yang menggandrungi hati. Dimana
angan bertekuk lutut saat jiwa terpaut. Merenggut badai kabut. Tidaklah mudah
menjaga diri. Tidaklah mudah menjaga kekasih. Apalagi rahasia cinta sejati.”
Jakarta, 22 Juli 2012
Yts,adikku
Risa
Di rumah
Assalamualaikum
wr.wb,.
Sejak kenal dirimu, aku tak mengerti apa
itu cinta. Kau yang mengajariku tentang cinta dan buatku bahagia. Tapi semua
menghilang semenjak dirimu pergi. Ku ikhlaskan semua luka yang semakin
mendalam. Kasih cinta yang menghilang tak berarti lagi. Kesepian di malam hari
yang sunyi hanya ditemani tetesan air mata ini. Perjuangan terhenti tuk
dapatkan kamu lagi. Membuat denyut nadiku terasa ikut berhenti. Lisan tak mampu
mengucap kata sedikitpun. Hanya air mata yang mampu mengungkapkan perasaan
cintaku itu untukmu. Kau pemilik hatiku. Tapi hatimu takkan jadi milikku karena
itu yang kau mau.
Cintaku tak akan putus untukmu. Ku kan
selalu setia untukmu. Maafkan aku yang telah mencintaimu. Ini semua kehendak
Allah semata. Hanya Allah yang bisa memutuskan cintaku untukmu. Jangan gelisah
dalam cinta, karena cinta butuh ketenangan. Jangan buat hatimu pasrah karena
cinta. Aku tak ingin melihatmu gelisah dan putus asa.
Wassalamualaikum,
wr.wb
kakakmu
Aizal Achmad
Membaca surat
terakhir Aizal hanya akan menambah penyesalan, ketidakmampuanku menahan air
mata. Gejolak asmara diantara dua hati. Ini memang salahku, telah memilih Aizal
dan Hisyam. Aizal, sudah kuanggap kakakku sendiri. Tiga tahun sudah Aizal hadir
dalam hidupku. Dari dulu sampai sekarang dia tetap mencintaiku.walaupun aku
sudah berkali-kali mengkhianatinya. Dia selalu memaafkanku. Jujur, aku tidak
pernah bisa lari dari ketulusan cinta Aizal. Tapi sekarang keadaan sudah
berbeda. Aku telah bersama Hisyam. Tidak kupungkiri, bahwa hati ini telah
terbagi antara Aizal dan Hisyam. Dulu terfikir, Hisyam bisa menggantikan Aizal.
Tetapi aku salah, mereka dua orang yang berbeda. Tidak akan sama.
Tiga bulan sejak
kejadian itu dengan Hisyam, hubunganku dan Hisyam sedikit demi sedikit mulai
membaik. Tapi rencanaku dan Hisyam untuk saling jujur dan terbuka hanya omong
kosong belaka. Yang ada, aku adan dia justru berpura-pura. Dalam ketenangan
hubunganku dan dia tersembunyi segudang masalah yang tak terungkapkan.
Puncaknya, di suatu
sore di tepi pantai saat aku dan Hisyam bertemu. Hisyam marah besar padaku. Aku
akui aku yang mulai semuanya. Tapi selama ini seolah dia bisa menerima aku dan
semua kesalahanku bisa dimaafkan. Kenyataannya tidak seperti itu. Dia masih
menyimpan semua kekecewaannya padaku. Hingga sore itu dia ungkapkan semua
kekesalannya. Katanya, dia bosan mengalah terus padaku, bosan jadi orang yang
selalu disalahkan. Padahal saat ada masalah aku tidak menyalahkan dia
sepenuhnya. Aku selalu berkata, aku juga salah dan aku minta maaf. Tapi dia
sendiri yang selalu menyalahkan dirinya. Untuk masalah yang lain, aku sadar aku
yang salah. Selama ini aku sering seenaknya sendiri pada Hisyam. Aku juga
kurang perhatian padanya. Susah rasanya untuk menjadi pacar yang baik untuknya.
Seketika itu juga, Hisyam berkata “Lebih baik kita berteman aja.
Daripada pacaran tapi banyak masalah.” Dan akupun hanya menjawab “kalau memang
itu keputusan yang terbaik untuk kita, baik aku terima.”
Aizal dan Hisyam
bukan lagi pilihan. Bagi mereka aku adalah cinta pertama yang takkan
terlupakan. Namun sayang, kesan yang kuberikan
pada cinta pertama mereka tak sesuai harapan. Aku juga tidak mungkin
selamanya menjadi delima, satu hati yang terisi oleh dua cinta. Tak semanis
jatuh cinta, dilema diantara delima lebih pahit rasanya. Dilemaku cukup,
kututup.
"Kematian Diriku"
Derita hadir dalam diriku dan hidupku
Kisahku berakhir tanpa arti
Walaupun dirinya terasa sakit
Bagiku hal ini adalah kebodohan terbesar
Aku tak ingin terjebak oleh indahnya cinta
Yang kuinginkan adalah derita tanpa sesal
Biarlah semua ini menjadi hujan tanpa mendung
Yang tak ada wujud atau waktu yang menelannya
Kuberikan kisah ini pada sang pemiliknya
Sulit untuk aku mengerti
Aku sudah kehilangan dia ataupun dirinya
Kini sendiri termangu, penuh sesal dan tangis
Lelah aku, dalam kemelut melodi tanpa nada
Yang berkata “cinta ini mati dalam tubuhmu.”
Sayang, tinggallah kenangan
Hanya bisa diucapkan dalam deruan angin
Serta ucapan dalam peribahasa tanpa kiasan kata
Hujan deras disini
Menandakan kehancuran dalam diriku
Aku rela bila kehilangan cinta
Asalkan tetap bisa bersamanya
Waktu telah menelanku
Membinasakan aku dalam dentingnya
Biarlah aku bersama cintaku
Tenggelam dalam
kematian diriku